In

Tumbuhan Langka di Indonesia yang Terancam Punah

Tumbuhan Langka di Indonesia yang Terancam Punah

Indonesia memiliki kekayaan alam yang sangat beraneka ragam. Dari sekian jenis tanaman yang hidupsubur di bi Indonesia, terdapat tanaman yang sudah langka atau sangat sulit sekali untuk dijumpai sehingga harus dilindungi atau diberiakan penanganan khusus.

1. Bunga Bangkai 

Bunga bangkai (Amorphophallus titanum: latin)  merupakan bunga raksasa yang sangat unik. Sesuai dengan namanya, Bunga Bangkai ini dapat mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Bau busuk yang dikeluarkan bunga bangkai tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengundang kumbang, lalat dan serangga lainnya agar hinggap dan membantu proses penyerbukannya.
Bunga ini tumbuh tinggi menjulang ke atas dan bisa mencapai ketinggian 4 meter. Ketika bunga ini mekar, bagian luarnya berwarna putih krem, sedangkan mahkotanya berwarna merah tua keunguan. Bunga ini hanya akan mekar selama 7 hari saja, kemudian mati atau tumbuh kembali.
Bunga bangkai berbunga dalam rentang waktu yang cukup lama, bisa sekitar 5 tahun sekali. Habitat asli bunga ini ada di wilayah hutan Sumatera. Akan tetapi saat ini Bunga Bangkai sudah mulai banyak yang dilestarikan di daerah lainnya seperti di Taman Hutan Raya Ir. Djuanda, Bandung.

2. Rafflesia Arnoldii

Rafflesia Arnoldii juga merupakan bunga raksasa yang mengeluarkan bau busuk menyengat saat mekar. Ktapi jangan salah, karena sama-sama mengeluarkan bau busuk, terkadang banyak orang yang keliru menyebut bunga ini sebagai bunga bangkai.
Rafflesia Arnoldii tumbuh melebar ke samping dan bukan meninggi seperti halnya bunga bangkai. Ketika bunganya mekar, diameternya bisa mencapai 1 meter dengan berat mencapai 10 kilogram. Masa tumbuh hingga sampai mekarnya adalah sekitar 9 bulan. Bunga ini hanya akan mekar selama 7 hari sebelum kemudian layu dan mati.
Bunga Rafflesia Arnoldii hidup menumpang pada tumbuhan lain. Maka dari itu, habitatnya sangat bergantung kepada adanya tumbuhan inang. Saat ini populasi bungai ini semakin menyusut karena habitatnya yang semakin sempit karena adanya alih fungsi hutan menjadi area pertanian, pemukiman, ataupun pertambangan.

3. Cendana

Cendana (Santalum album)  merupakan salah satu pohon yang memiliki banyak kegunaan di Indonesia. Kayu cendana dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan dupa, parfum, aroma terapi, rempah-rempah, hingga sangkur keris (warangka). Konon, bau harum yang dikeluarkan dari kayu cendana ini bisa bertahan hingga ratusan tahun.
Karena berbagai manfaatnya tersebut, tidak salah jika pohon ini sangat terkenal di Indonesia. Sayangnya pohon cendana bukanlah tumbuhan yang mudah untuk dibudidayakan sehingga saat ini sudah berstatus sebagai tumbuhan yang terancam punah.
Pada awal kehidupannya, kecambah cendana merupakan tumbuhan parasit yang hidup menumpang di tumbuhan lainnya karena ia tidak mampu hidup sendiri. Maka dari itu, pohon cendana saat ini sudah mulai berkurang populasinya. Minyak dasar kayu cendana juga saat ini sudah sangat mahal karena langka dan sulit untuk ditemukan.

4. Damar

Pohon Damar (Agathis dammara (Lamb. Rich.) ini memiliki batang yang tingginya bisa mencapai 60 meter. Pohon ini tumbuh di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai sebutan seperti kisi (Buru), salo (Ternate), dayungon (Samar), ki damar (Sunda), dan lainnya.
Selain kayunya, pohon ini juga dimanfaatkan getahnya. Getah pohon damar dapat digunakan sebagai bahan pembuatan kopal. Kopal merupakan salah satu bahan dasar cairan pelapis kertas dan juga lak atau vernis. Buah Damar juga banyak dimanfaatkan untuk diambil minyaknya.

5. Kantong Semar

Kantong semar (Nepenthes) merupakan tanaman yang sangat unik karena dapat memangsa berbagai serangga di dekatnya seperti lalat, lebah, dan lainnya. Tumbuhan karnivora ini sudah cukup langka sehingga harus banyak dibudidayakan agar tidak punah.
Kantong semar sendiri baru bisa memangsa serangga ketika usianya sudah dewasa. Ia akan membuka kantungnya untuk agar ada serangga yang masuk ke dalamnya. Jika sudah ada yang terjebak, maka kantungnya akan langsung tertutup untuk mulai mencerna serangga tersebut.

6. Ulin

Pohon ulin (Eusideroxylon zwageri Teijsm & Binn) atau yang sering disebut juga sebagai bulian atau kayu besi merupakan tumbuhan khas Kalimantan. Pohon ini mampu menghasilkan kayu yang sangat kuat dan kokoh, sehingga kayu jenis ini banyak digunakan untuk konstruksi bangunan seperti rumah, jembatan, kapal laut, dan sebagainya.
Pohon Ulin atau Bulian ini bisa tumbuh hingga ketinggian 36 meter dengan diameter batang sebesar 95 cm. Pohon ini sendiri banyak tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Sayangnya pohon ini cukup sulit untuk dikembangbiakan sehingga populasinya cepat menyusut, apalagi jika habitat aslinya semakin berkurang.

7. Anggrek Tebu
Anggrek tebu (Grammatophyllum speciosum) merupakan keluarga bunga anggrek yang paling besar dan paling berat. Satu rumpun anggrek tebu dewasa dapat memiliki berat lebih dari 1 ton dengan panjang mulai hingga 3 meter. Karena ukurannya yang sangat besar tersebut, bunga ini sering disebut sebagai anggrek raksasa.
Bunga ini memiliki warna kuning dengan kombinasi bintik-bintik berwarna coklat, merah, dan merah kehitaman. Bunga ini sangatlah unik karena meskipun batangnya sudah dipotong, namun bunganya tetap dapat bertahan hingga 2 bulan. Bunga anggrek tebu ini sangat langka sehingga termasuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi.

8. Tengkawang

Tengkawang (Shorea) merupakan tumbuhan khas Kalimantan yang banyak dimanfaatkan minyaknya. Pohon ini terdiri dari berbagai macam jenis di mana 12 di antaranya saat ini sudah dilindungi pemerintah karena terancam kepunahan.

Minyak tengkawang dihasilkan dari biji-biji yang berjatuhan. Biji tersebut kemudian dijemur dan disalai hingga kering sebelum kemudian diolah menjadi minyak. Biji tengkawang juga merupakan makanan bergizi bagi babi hutan dan binatang liar lainnya.
Minyak tengkawang dapat digunakan sebagai penyedap masakan dan bahan obat-obatan tardisional. Dalam industri modern, minyak yang memiliki julukan green butter ini juga sering dijadikan sebagai bahan pembuatan kosmetika, lilin, sabun, dan lainnya.

9. Daun Payung

Daun payung (Johannesteijsmannia altifrons) atau sering disebut juga sebagai daun sang dan salo merupakan tumbuhan yang banyak hidup di daerah Sumatera. Tumbuhan yang memiliki nama ilmiah Johannestijsmania altifrons ini, diambil dari nama penemunya yakni Profesor Teijsman.
Tumbuhan ini memiliki daun yang sangat besar, lebar, dan juga kuat. Pada jaman dahulu daun ini sering digunakan sebagai atap atau dinding di rumah-rumah. Karena fungsinya tersebut, maka tumbuhan ini kemudian disebut sebagai daun payung.

10. Edelweiss Jawa

Edelweiss Jawa atau Bunga Senduro (Anaphalis javanic) merupakan salah satu jenis bunga yang saat ini sudah sangat kritis keberadaannya. Bunga ini banyak hidup di daerah pegunungan di Jawa. Bahkan, bunga ini biasanya menjadi tanaman yang pertama tumbuh setelah terjadinya erupsi gunung berapi.
Bunga Edelweiss Jawa dapat tetap terlihat segar meskipun sudah dipetik dari tangkainya. Hal tersebut membuat banyak pendaki yang mengambil bunga ini sebagai kenang-kenangan. Hasilnya, populasi bunga ini menurun drastis dan kini sudah diambang kepunahan.
Bunga ini biasanya mulai bermekaran pada bulan April hingga Agustus. Bunga ini dapat memiliki usia hingga 100 tahun dengan tinggi batang hingga 8 meter. Lebih dari 300 serangga yang hinggap dan menghisap madu dari bunganya.
Saat ini kita masih bisa dapat melihat Edelweiss Jawa di beberapa lokasi seperti Tegal Alun (Gunung Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi (Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).





Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In aneka satwa langka binatang langka Hewan Langka satwa satwa langka satwa langka di indonesia satwa langka indonesia

Hewan Langka di Indonesia yang Terancam Punah


Hewan Langka di Indonesia yang Terancam Punah

Aneka Satwa Tanaman Langka - Kali ini akan dibahas 30 spesies hewan langka yang sudah masuk dalam zona kritis dan harus dilakukan berbagai upaya untuk melestarikannya. Sebenarnya, dalam dunia konservasi, tidak dikenal istilah hewan langka, namun disebut sebagai “hewan langka terancam punah”. Istilah ini sudah lazim dipakai oleh berbagai lembaga atau organisasi konservasi internasional, misalnya IUCN (International Union for the Conservation of Nature and Natural Resources). Dengan bekerjasama dengan berbagai negara, organisasi dunia ini bergerak aktif untuk menangani berbagai sumber daya alam (flora & fauna) yang sudah masuk dalam daftar terancam punah atau Red List of Threatened Species.


1. Orang Utan Sumatera dan Kalimantan

Orang utan, baik itu yang hidup di pulau Sumatera atau Kalimantan juga termasuk spesies yang sangat terancam punah. Menurut laporan IUCN, selama 75 tahun terakhir populasi orangutan Sumatera telah mengalami penurunan sebanyak 80%. Dalam kurun waktu 1998 dan 1999, laju kehilangan tersebut dilaporkan mencapai sektar 1000 orangutan per tahun. Sementara itu, pada tahun 2004, ilmuan memperkirakan bahwa total populasi orangutan di Pulau Borneo, baik di wilayah Indonesia maupun Malaysia terdapat sekitar 54 ribu individu. Kebalikan dari orangutan Borneo, orangutan Sumatera mempunyai kantung pipi yang panjang pada orangutan jantan.


2. Harimau Sumatera

Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat Harimau Sumatera semakin terancam punah.


3. Komodo

Habitat komodo (Varanus komodoensis) di alam bebas telah menyusut akibat aktivitas manusia dan karenanya IUCN memasukkan komodo sebagai spesies yang rentan terhadap kepunahan. Biawak besar ini kini dilindungi di bawah peraturan pemerintah Indonesia dan sebuah taman nasional, yaitu Taman Nasional Komodo, didirikan untuk melindungi mereka. Habitat utama kadal raksasa ini hanya ada di pulau Komodo, Rinca, Flores, Gili Motang, dan Gili Dasami di Nusa Tenggara. Komodo pertama kali didokumentasikan oleh orang Eropa pada tahun 1910.
Nama hewan karnivora jenis ini semakin dikenal dunia setelah tahun 1912 Pieter Antonie Ouwens, direktur Museum Zoologi di Buitenzorg (kini Bogor), menerbitkan paper tentang komodo setelah menerima foto dan kulit reptil ini.


4. Burung Jalak Bali

Jalak Bali ditemukan pertama kali pada tahun 1910. Nama ilmiah Jalak Bali dinamakan menurut pakar hewan berkebangsaan Inggris, Walter Rothschild, sebagai orang pertama yang mendeskripsikan spesies ini ke dunia pengetahuan pada tahun 1912. Jalak Bali hanya ditemukan di hutan bagian barat Pulau Bali. Burung ini juga merupakan satu-satunya spesies endemik Bali dan pada tahun 1991 dinobatkan sebagai lambang fauna Provinsi Bali. Keberadaan hewan endemik ini dilindungi undang-undang. Untuk mencegah terjadi ancaman kepunahan yang makin serius, sebagian besar kebun binatang di seluruh dunia menjalankan program penangkaran jalak Bali (Leucopsar rothschildi).


5. Badak Jawa dan Sumatera

Badak Sumatera (Dicerorhinus sumatrensis) dan Badak Jawa (Rhinoceros sondaicus) juga menjadi perhatian penting bagi pemerintah dan para pecinta lingkungan. Badak sumatera (Sumatran rhino) dan Badak Jawa (Javan rinho) merupakan dua dari 5 spesies badak yang masih mampu bertahan dari kepunahan, selain badak india, badak hitam afrika, dan badak putih afrika. Namun, kedua badak ini sudah masuk dalam kategori sangat terancam atau critically endangered. Status konservasi critically endangered ini disandangkan pada spesies badak di Indonesia sejak 1996.

6. Gajah Sumatera

Mungkin saat ini jumlah populasi Harimau Sumatera tak lebih dari 300 ekor saja, sehingga menurut WWF spesies yang merupakan satu dari enam sub-spesies harimau yang masih bertahan hidup hingga saat ini dan termasuk dalam klasifikasi satwa kritis atau hewan langka yang terancam punah (critically endangered). Warna kulit harimau Sumatera merupakan yang paling gelap dari seluruh harimau, mulai dari kuning kemerah-merahan hingga oranye tua. Tubuhnya juga relatif paling kecil dibandingkan semua sub-spesies harimau yang hidup saat ini. Semakin sempitnya luas habitat karena aktivitas pembukaan lahan, membuat mereka semakin terancam punah.


7. Kanguru Pohon Wondiwoi

Ternyata, Kanguru bukan hanya milik orang Australia saja. Indonesia juga memiliki spesies jenis ini, Kanguru Pohon Wondiwoi (Dendrolagus mayri) namanya. Kanguru Pohon Wondiwoi merupakan salah satu spesies hewan langka endemik yang hidup di Pulau Papua. Berdasarkan spesimen yang ditemukan Ernst Mayr, hewan yang ini diperkirakan mempunyai berat sekitar 9,25 kg. Bulunya berwarna hitam suram dengan beberapa bagian yang berwarna kekuningan. Daerah pantat dan tungkai berwarna kemerahan dengan ekor keputihan.
Populasi pasti Kanguru Pohon Wondiwoi memang tidak pernah diketahui secara pasti. Namun menurut IUCN Red List, diperkirkan jumlah populasi kanguru pohon ini sekitar 50 ekor individu saja. Hal inilah yang membuat pihak IUCN Red List memasukkan Kanguru Pohon Wondiwoi atau Wondiwoi Tree-kangaroo sebagai spesies Critically Endangered atau spesies yang sangat terancam punah (Kritis).


8. Anoa

Anoa merupakan hewan endemik pulau Sulawesi, tepatnya di provinsi Sulawesi Tenggara. Hewan ini termasuk fauna peralihan (Asiatic – Australis). Hewan yang dikategorikan sebagai hewan langka ini sudah diambang kepunahan sejak tahun 1960-an. Bahkan, selama satu dekade terakhir jumlah populasinya semakin menurun drastis. Diperkirakan saat ini jumlahnya tidak lebih dari 5.000 ekor di alam bebas. Ancaman kepunahan memang tak lepas dari perilaku masyarakat yang sering memburunya untuk diambil kulit, tanduk, serta dagingnya. Ada dua spesies binatang ini, yaitu anoa dataran rendah dan anoa pegunungan.

Hewan ini sangat terkenal terutama di Sulawesi sehingga dijadikan Maskot provinsi Sulawesi Tenggara. Anoa hidup di dalam hutan yang masih rimbun dan sulit didekati manusia. Itulah sebabnya hewan ini tidak bisa menjadi hewan ternak, karena tidak bisa dijinakkan.


9. Monyet Hitam Sulawesi

Kera Hitam Sulawesi atau dalam bahasa ilmiah disebut Macaca nigra atau sering juga disebut monyet berjambul merupakan salah satu dari sekian jenis primata yang keberadaannya mulai langka dan terancam mengalami kepunahan. Kera Hitam Sulawesi merupakan satwa endemik pulau Sulawesi, tepatnya di daerah provinsi Sulawesi Utara. Ciri utama yang pada monyet ini adalah jambul di atas kepalanya. Dalam bahasa Inggris primata langka ini disebut dengan beberapa nama di antaranya Celebes Crested Macaque, Celebes Black ape, Celebes Black Macaque, Crested Black Macaque, Gorontalo Macaque, dan Sulawesi Macaque. Sementara itu, kera ini oleh masyarakat setempat  biasa dipanggil dengan Yaki, Bolai, Dihe. Dalam bahasa latin (ilmiah) Kera Hitam Sulawesi dinamai Macaca nigra yang bersinonim dengan Macaca lembicus (Miller, 1931) Macaca malayanus (Desmoulins, 1824).

Kera hitam sulawesi ini semakin hari keberadaannya semakin langka dan terancam punah. Bahkan oleh IUCN Redlist digolongkan dalam status konservasi Critically Endangered (Krisis).


10. Pesut Mahakam

Pesut mahakam atau dalam bahasa Latin disebut Orcaella brevirostris adalah sejenis hewan mamalia yang sering disebut lumba-lumba air tawar yang hampir punah karena berdasarkan data tahun 2007, populasi hewan tinggal 50 ekor saja dan menempati urutan tertinggi satwa Indonesia yang terancam punah. Ilmuwan internasional mengklasifikasikan populasi Pesut Mahakam di Sungai Mahakam, Kalimantan Timur, dalam kondisi sangat terancam punah. Banyak faktor yang mempengaruhi populasi pesut. Jumlah pasokan makanan yang makin berkurang di alam, lalu lalang kapal ponton di kawasan habitatnya, serta penggunaan racun oleh nelayan setempat menjadi biang kerok berkurangnya populasi ikan pesut.


11. Macan Tutul Jawa

Harimau Jawa telah lama punah, dan spesies sejenis yang masih ada di tanah Jawa adalah Macan Tutul Jawa atau dalam bahasa Latin disebut Panthera pardus melas. Hewan langka yang menjadi ikon provinsi Jawa Barat ini merupakan satwa endemik pulau Jawa dan menjadi bagian dari sembilan subspesies Macan Tutul (Phantera pardus) di dunia. Macan Tutul Jawa yang telah dikategorikan dalam status konservasi “Critically Endangered” mempunyai dua jenis variasi, yaitu Macan Tutul berwarna terang dan Macan Tutul berwarna hitam yang biasa disebut dengan Macan Kumbang. Meskipun berwarna berbeda, kedua kucing besar ini adalah subspesies yang sama. Menurut laporan dari IUCN, jumlah Macan Tutul Jawa yang masih hidup tak lebih dari 300 ekor di habitnya.

12. Kura-kura Paruh Betet

Dalam bahasa Inggris kura-kura hutan sulawesi yang endemik pulau Sulawesi ini disebut sebagai Sulawesi Forest Turtle. Sedangkan resminya, hewan langka ini mempunyai nama latin yaitu Leucocephalon yuwonoi  yang bersinonim dengan Geoemyda yuwonoi dan Heosemys yuwonoi. Kura-kura hutan Sulawesi ini sering juga dikenal dengan nama kura-kura paruh betet. Pemberian julukan nama tersebut dikarenakan bentuk mulutnya yang unik seperti burung betet. Kura-kura hutan Sulawesi (kura-kura paruh betet) ini termasuk dalam salah satu dari 7 jenis reptil paling langka di Indonesia. Bahkan termasuk dalam daftar The World’s 25 Most Endangered Tortoises and Freshwater Turtles—2011 yang dikeluarkan oleh Turtle Conservation Coalition. Sebelumnya kura-kura hutan sulawesi digolongkan dalam genus Heosemys, namun sejak tahun 2000 dimasukkan dalam genus tunggal Leucocephalon. Kata ‘yuwonoi’ dalam nama ilmiahnya merujuk pada Frank Yuwono yang kali pertama memperoleh spesimen pertama kura-kura hutan sulawesi ini di pasar di Gorontalo Sulawesi.


13. Elang Flores

Elang flores atau Nisaetus floris merupakan jenis elang berukuran besar sekitar 71 – 82 cm yang turut memperkaya keragaman burung di nusantara. Meskipun namanya elang flores, burung ini juga dapat dijumpai juga di Pulau Lombok, Sumbawa, serta pulau kecil Satonda dan Rinca, selain tentu saja di Pulau Flores, Nusa Tenggara. Kecenderungan populasi elang flores yang terus menurun membuat Badan Konservasi Dunia IUCN menetapkannya sebagai jenis “satu langkah menuju kepunahan” (Critically Endangered/CR). Jumlah individu dewasa di seluruh persebarannya diperkirakan sekitar 100 pasang dengan daerah jelajah sekitar 10.000 kilometer persegi. Ciri elang ini adalah tubuh bagian bawahnya berwarna putih, hidup di kawasan hutan dataran rendah dan submontana hingga ketinggian 1.000 mdpl.

Teknik memangsa Elang Flores ini yang mudah terlihat adalah berburu dari tenggeran dan terbang mengangkasa memanfaatkan aliran udara panas.


14. Ekidna Moncong Panjang Barat

Ekidna Moncong Panjang Barat (Zaglossus bruijnii) atau yang dalam bahasa Inggris biasa disebut dengan Western Long-beaked Echidna merupakan hewan endemik yang berasal dari Papua, dan Australia (punah) yang hidup di ketinggian 1300-4000 mdpl. Habitatnya adalah padang rumput alpin dan hutan yang lembap. Ekidna merupakan hewan mammalia yang bertelur (ordo Monotremata) yang masih bertahan hidup hingga sekarang di samping platipus (Ornithorhynchus anatinus). Sebagaimana dengan platipus, Ekidna termasuk hewan yang aneh. Ekidna menjadi aneh lantaran hewan mammalia selayaknya harimau ataupun tarsius tetapi ekidna tidak melahirkan anaknya melainkan bertelur.


15. Kodok Pohon Ungaran

Philautus jacobsoni atau biasa disebut Katak Pohon Ungaran. Memiliki status Critically endangered (hampir punah) dan masuk dalam daftar The IUCN Red List of Threatened Species tahun 2008. Dalam pernyataannya, Philautus jacobsoni dinyatakan hampir punah dengan alasan daerah yang menjadi habitatnya kurang dari 10 km2, semua individu dari jenis katak ini hanya terdapat di Gunung Ungaran, Semarang, Jawa Tengah.


16. Burung Trulek Jawa

Burung Trulek Jawa (Vanellus macropterus) merupakan salah satu jenis burung endemik Jawa yang memiliki habitat utama di wilayah rawa yang luas, seperti padang rumput luas yang banjir saat musim hujan. Menurut data IUCN terbaru tahun 2013, jumlah populasi Trulek Jawa ini sangat kecil, diasumsikan kurang dari 50 individu saja! Jumlah populasi yang dimungkinkan menurun ini, disebabkan oleh gangguan manusia dan konversi habitat untuk budidaya dan pertanian, serta perburuan.

Menurut data IUCN, dinyatakan bahwa ancaman kepunahan Trulek Jawa ini adalah masalah lahan dari habitat asli yang telah dialihfungsikan menjadi wilayah agro-industry farming atau lahan pertanian dan menjadi daerah budidaya air tawar, yaitu tambak.


17. Kakatua Jambul Kuning

Jenis burung yang semakin terancam kelestariannya adalah burung Kakatua Jambul Kuning atau dalam nama ilmiahnya disebut Cacatua sulphurea. Daerah sebaran kakatua-kecil jambul-kuning adalah Kepulauan Sunda Kecil, Sulawesi, Bali, dan Timor, di tempat yang masih terdapat hutan-hutan primer dan sekunder. Menurut Kepala Balai Konservasi Sumberdaya Alam (BKSDA) Provinsi Nusa Tengara Barat Dr Ir Widada MM, seperti dikutip dari Republika, mengungkapkan populasi burung Kakatua Jambul Kuning yang hidup di alam liar di daerah NTB saat ini tersisa 145 ekor. Bahkan, lanjut Widada, burung Kakatua jambul kuning telah dinyatakan hewan langka yang masuk kategori kritis oleh lembaga konservasi dunia (IUCN), karena jumlahnya yang semakin sedikit.


18. Simakobu

Simakobu adalah monyet berhidung pesek yang status populasinya paling mengkawatirkan dan orang jarang bahkan tidak mengenalnya. Simakobu adalah spesies monoleptik dimana binatang ini tidak memiliki ‘saudara’ dalam marganya. Russel A. Mittermeier, Presiden Conservation International (CI) juga menambahkan bahwa Simakobu merupakan satu-satunya monyet pemakan daun yang mempunyai ekor melingkar pendek dan mempunyai hidung tumpul seperti halnya monyet emas atau monyet berhidung pesek. Simakobu atau yang bernama ilmiah Simias concolor ini menjadi penting karena statusnya dalam IUCN yang dikategorikan sebagai spesies yang Critically Endangered atau status konservasi tingkat keterancaman tinggi (hewan langka) dan dicap sebagai  ‘The World’s 25 Most Endangered Primates’. Hal ini terjadi karena populasi monyet ekor babi selama 10 tahun terakhir mengalami penurunan hingga 80%.


19. Beruk Mentawai

Selain Simakobu, kawasan Mentawai juga dihuni spesies primata lainnya. Orang lokal menyebutnya Bokoi atau bokkoi (Macaca pagensis). Mereka adalah sejenis monyet yang menyebar terbatas (endemik) di Kepulauan Mentawai, lepas pantai barat Sumatera. Nama itu adalah sebutan yang sering digunakan oleh penduduk Kepulauan Mentawai untuk menyebut hewan tersebut. Nama lainnya adalah beruk mentawai, sedangkan dalam Bahasa Inggris disebut dengan nama Pagai Island Macaque. Epitet spesifiknya, yaitu pagensis, berarti “berasal dari Pagai”; merujuk kepada pulau-pulau Pagai di Kepulauan Mentawai sebagai habitat asal beruk ini yang kian terancam punah.


20. Tarsius Siau

Tarsius adalah primata dari genus Tarsius, suatu genus monotipe dari famili Tarsiidae, satu-satunya famili yang bertahan dari ordo Tarsiiformes. Tarsius mempunyai tubuh kecil dengan mata yang sangat besar; tiap bola matanya berdiameter sekitar 16 mm dan keseluruhan berukuran sebesar otaknya. Kaki belakangnya juga sangat panjang. Sampai saat ini populasi Tarsius cenderung mengalami penurunan (IUCN, 2012). Perkiraan kepadatan populasi Tarsius di Tangkoko adalah 156/km2 (Gursky, 1997). Hal ini karena dipengaruhi oleh faktor-faktor baik dari dalam (internal) maupun dari luar (eksternal). Faktor luar (eksternal) yang mempengaruhi Tarsius antara lain adalah lingkungan (habitat,sarang, jenis vegetasi), iklim (suhu, kelembaban, intensitas cahaya, dan curah hujan), predator (kucing hutan, ular dan manusia), dan pakan.


21. Gagak Banggai

Burung Gagak Banggai atau Corvus unicolor sempat dinyatakan telah punah, kemudian tahun 2007 lalu kawanan spesies ini terlihat kembali di alam liar dengan jumlah terbatas. Hal inilah yang mendasari bahwa kondisi spesies ini termasuk satwa dilindungi dan terancam punah. Gagak banggai merupakan salah satu jenis burung endemik Sulawesi. Burung ini sebarannya terbatas hanya pada daerah Kepulauan Banggai. Gagak Banggai berukuran kurang lebih 39 cm dengan corak tubuh berwarna hitam dengan iris pucat, ekor yang pendek, berkaki gelap dan leher mungkin menunjukkan kemilau cokelat kusam. Selain itu suara kicauan burung memberikan 3-4 catatan berderit peluit Kruik, Kruik, Kruik, Kruik, yang berlangsung 2-3 detik.


22. Burung Kacamata Sangihe

Burung Kacamata Sangihe atau Zosterops nehrkorni merupakan salah satu satwa (aves) yang telah ditetapkan sebagai burung langka, dan berada dalam kategori status critically endangared oleh IUCN. Hal ini tidak lain disebabkan karena habitat burung kacamata sangihe yang sangat sempit dan adanya perburuan liar karena burung ini memiliki suara kicauan yang indah. Bahkan pada tahun 1999 burung ini sempat dinyatakan punah oleh para peneliti dikarenakan kicauannya tidak terdengar lagi di Gunung Sahendaruman dan Gunung Sahengbalira di pulau Sangihe. Namun sayangnya, burung yang disebut mata mawiera oleh penduduk setempat ini belum didaftarkan sebagai burung yang dilindungi oleh pemerinta Republik Indonesia (RI). Hal ini dibuktikan dengan tidak dicantumkannya nama burung kacamata sangihe pada lampiran PP No. 7 tahun 1999.


23. Burung Hantu (Celepuk) Siau

Celepuk siau (Otus siaoensis) adalah salah satu burung langka yang masuk dalam kategori terancam punah di dunia. Burung celepuk siau merupakan burung endemik yang hanya terdapat di sebuah pulau kecil bernama “Siau” di Kabupaten Sangihe, Propinsi Sulawesi Utara. Sesuai dengan namanya, Celepuk siau merupakan anggota burung hantu (ordo Strigiformes) yang dalam bahasa Inggris biasa disebut sebagai Siau Scops-owl. Sedangkan dalam nama ilmiah (latin) celepuk ini diberi nama Otus siaoensis. Populasi burung endemik ini tidak diketahui dengan pasti, namun berdasarkan persebarannya yang hanya terbatas di pulau dan penampakan langsung yang jarang sekali, celepuk siau dikategorikan oleh IUCN Redlist dalam status konservasi Kritis (Critically Endangered) sejak tahun 2000. CITES juga memasukkan celepuk ini dalam Apendix II sejak 1998.


24. Katak Merah atau Katak Api

Kodok Merah atau dalam bahasa latinnya Leptophryne cruentata merupakan jenis kodok endemik yang hanya ditemukan di Taman Nasional Gunung Gede Pangrango dan Taman Nasional Gunung Halimun-Salak. Kodok Merah pun menjadi salah satu hewan langka yang terancam punah. Sehingga tidak berlebihan jika kemudian IUCN Redlist mencatatnya dengan status Critically Endangered(Kritis). Meskipun di Indonesia sendiri Kodok ini luput dari daftar satwa yang dilindungi. Kodok Merah sering kali disebut juga sebagai Katak Darah. Kodok Merah dalam bahasa Inggris disebut sebagai Bleeding Toad atau Fire Toad. Sedangkan dalam bahasa latin (nama ilmiah) hewan ini disebut Leptophryne cruentata. Nama latinnya ini mempunyai arti kurang lebih ‘berdarah’.


25. Burung Tokhtor Sumatera

Burung Tokhtor Sumatera memiliki nama latin carpococcyx viridis adalah burung endemik pulau Sumatera yang termasuk di dalam 18 burung sangat langka di indonesia. Burung tokhtor sumatera telah terdaftar sebagai salah satu satwa yang langka yaitu status konservasi dengan keterancaman sangat tinggi. Jumlah populasinya diperkirakan tak sampai mencapai 300 ekor. Burung tokhtor sumatera dulu sudah dianggap telah punah karena sejak terdiskripsikan pada tahun 1916 tak pernah ditemukan lagi. Kemudian pada November tahun 1997 seekor tokhtor sumatera sukses difoto untuk pertama kalinya oleh Andjar Rafiastanto.


26. Rusa Bawean

Rusa Bawean yang dalam bahasa Latinnya Axis kuhlii merupakan hewan endemik yang hidup di Pulau Bawean, Kabupaten Gresik, Provinsi Jawa Timur. Jenis rusa ini merupakan rusa yang populasinya semakin langka dan terancam kepunahan. Rusa Bawean merupakan hewan langka yang hidup nokturnal, lebih sering aktif di sepanjang malam. Menyukai habitat di semak-semak pada hutan sekunder yang berada pada ketinggian hingga 500 mdpl. Rusa Bawean memiliki tubuh yang relatif lebih kecil dibandingkan rusa jenis lainnya. Rusa Bawean  mempunyai tinggi tubuh antara 60-70 cm dan panjang tubuh antara 105-115 cm. Rusa ini mempunyai bobot antara 15-25 kg untuk rusa betina dan 19-30 kg untuk rusa jantan. Selain itu, ciri lain dari rusa ini adalah memiliki ekor sepanjang 20 cm yang berwarna coklat dan keputihan pada lipatan ekor bagian dalam. Rusa ini mempunyai kecepatan berlari yang sangat cepat dan cerdik.


27. Kodok Sumatera

Kodok Sumatera atau nama latinnya Duttaphrynus sumatranus merupakan satwa amfibi paling langka di Indonesia, bersama dengan Kodok Merah (Leptophryne cruentata) dan Kodok Pohon Ungaran (Philautus jacobsoni). Kodok-kodok tersebut menyandang status Critically Endangered dari IUCN Red List. Diketahui kodok endemik ini hanya mendiami daerah ‘Lubuk Selasih’ di sekitar Gunung Talang di perbatasan tiga kabupaten, Padang Pariaman, Solok dan Pesisir Selatan, provinsi Sumatera Barat. Berbagai ancaman seperti kerusakan habitat dan alih fungsi lahan menjadi lahan pertanian serta pendangkalan sungai diduga berpengaruh besar pada tingkat keterancaman kodok endemik Indonesia ini.


28. Burung Merak Hijau

Burung Merak hijau atau bahasa Latinnya Pavo muticus merupakan salah satu burung dari tiga spesies merak. Seperti burung-burung lainnya yang ditemukan di suku Phasianidae, merak hijau mempunyai bulu yang indah. Bulu-bulunya berwarna hijau keemasan. Burung betina berukuran lebih kecil dari burung jantan. Bulu-bulunya kurang mengkilap, berwarna hijau keabu-abuan dan tanpa dihiasi bulu penutup ekor. Burung jantan dewasa berukuran sangat besar, panjangnya dapat mencapai 300 cm, dengan penutup ekor yang sangat panjang. Di atas kepalanya terdapat jambul tegak. Merak hijau terdapat di kepulauan Jawa dan statusnya dilindungi oleh undang-undang karena sebagai hewan langka.


29. Hiu Sentani

Ilan Hiu Gergaji atau bahasa ilmiahnya Pristis microdon adalah spesies ikan yang hidup di lautan Indo-Pacific serta dapat juga hidup di sungai untuk melakukan siklus hidupnya. Pada musim hujan antara bulan Desember-Maret, ikan ini akan hidup di sungai air tawar. Sedangkan ketika memasuki musim kering (Mei-Oktober), ikan hiu sentani akan lebih suka tinggal di muara atau teluk yang menyerupai habitat air laut. Selain di Australia, ikan ini juga menyebar ke Kalimantan, Papua, Vietnam, India, Madagascar dan Afrika timur. Di Indonesia sendiri ikan hiu gergaji (Pristis microdon) ini menjadi salah satu hewan endemik yang terdapat di Danau Sentani, Papua. Jumlahnya yang menyusut membuat spesies ini masuk dalam satwa yang patut dilestarikan.


30. Ikan Arwana Irian

Ikan Arowana Irian memiliki bentuk tubuh dengan sisik yang berwarna-warni yang akan menambah pesonanya sehingga kelihatan cantik dan anggun. Banyak pecinta ikan yang memburu spesies ini sebagai ikan hias. Populasinya yang terbatas menjadikan ikan ini sebagai salah satu satwa yang dilindungi. Jadi, tidak sembarang pihak bisa memelihara ikan ini. Bentuk tubuh arwana irian (Sceloropages leichartidti) comperessed, lebar, dan tebal. Bagian tubuhnya tterdapat bercak merah atau  kuning dan warna sirip dan tubuhnya didominasi dengan warna hiaju tua. Arwana irian yang berkualitas baik memiliki sirip dan sisiknya yang utuh, sungutnya tidak patah maupun tertekuk, bola mta bening dan tidak menderita juling.

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

In Bangau Storm binatang langka burung burung langka di indonesia satwa satwa langka satwa langka di indonesia

Bangau Storm (The Storm’s Stork)

Bangau Storm (The Storm’s Stork)


The Storm’s Stork, Ciconia stormi is a large, approximately 91 centimetres (36 in) long, stork with black and white plumages, red bill, orange bare facial skin, red legs and yellow orbital skin. Both sexes are similar. The young has duller plumage and bare skin.

This little known species is found in undisturbed forest and freshwater habitats in Sumatra, Mentawai Islands, Borneo and peninsular Malaysia. One of its strongholds are in southeast Sumatra, with remaining populations confined to Kalimantan and Brunei. While in peninsular Malaysia only one very small population and scatter individuals left. The world population of the Storm’s Stork is less than 500 individuals.

The Storm’s Stork is a solitary bird. Its diet consists mainly of fish. The female usually lays two eggs in stick platform nest high in trees canopy.

The Storm’s Stork was formerly considered as a subspecies of the Woolly-necked Stork.
Due to ongoing habitat loss, very small population size, limited range and overhunting in some areas, the Storm’s Stork is classified as Endangered on the IUCN Red List of Threatened Species.


 Bangau Storm



The Storm's Stork, Ciconia stormi adalah burung dengan ukuran besar, sekitar 91 cm (36 in) panjang, bangau dengan bulu hitam dan putih, kaki merah, kulit wajah oranye, kaki merah dan kulit kuning. Kedua jenis kelamin serupa. Si muda memiliki bulu yang kusam dan kulit yang telanjang.

Spesies langka ini ditemukan di habitat hutan dan air tawar yang tidak terganggu di daerah Sumatra, Kepulauan Mentawai, Kalimantan dan Semenanjung Malaysia. Salah satu bentengnya berada di Sumatra bagian tenggara, dengan populasi yang tersisa terbatas di Kalimantan dan Brunei. Sedangkan di Semenanjung Malaysia hanya satu populasi yang sangat kecil jumlahnya dan individu yang berserakan tersisa. 

Populasi Stork's Storm atau Bagau Storm ini kurang dari 500 individu di dunia.
Bangau Storm adalah burung penyendiri. Makanannya terutama terdiri dari ikan. Betina biasanya meletakkan dua telur di platform tongkat bersarang tinggi di pohon-pohon kanopi.

Bangau Storm sebelumnya dianggap sebagai subspesies dari Bangau berleher Wolly.
Karena hilangnya habitat yang sedang berlangsung, populasi yang sangat sedikit, jangkauan terbatas dan perburuan berlebihan di beberapa daerah, Bangau Storm diklasifikasikan Terancam Punah dan berada pada Daftar Merah Spesies Terancam IUCN.


Satwa Jenis Burung Yang Terancam Punah

 

 

Read More

Share Tweet Pin It +1

0 Comments

About us