Tumbuhan Langka di Indonesia yang
Terancam Punah
Indonesia memiliki kekayaan
alam yang sangat beraneka ragam. Dari sekian jenis tanaman yang hidupsubur di
bi Indonesia, terdapat tanaman yang sudah langka atau sangat sulit sekali untuk
dijumpai sehingga harus dilindungi atau diberiakan penanganan khusus.
1. Bunga Bangkai
Bunga bangkai (Amorphophallus
titanum: latin) merupakan bunga
raksasa yang sangat unik. Sesuai dengan namanya, Bunga Bangkai ini dapat
mengeluarkan bau busuk seperti bangkai. Bau busuk yang dikeluarkan bunga
bangkai tersebut sebenarnya bertujuan untuk mengundang kumbang, lalat dan
serangga lainnya agar hinggap dan membantu proses penyerbukannya.
Bunga ini tumbuh tinggi
menjulang ke atas dan bisa mencapai ketinggian 4 meter. Ketika bunga ini mekar,
bagian luarnya berwarna putih krem, sedangkan mahkotanya berwarna merah tua
keunguan. Bunga ini hanya akan mekar selama 7 hari saja, kemudian mati atau
tumbuh kembali.
Bunga bangkai berbunga dalam
rentang waktu yang cukup lama, bisa sekitar 5 tahun sekali. Habitat asli bunga
ini ada di wilayah hutan Sumatera. Akan tetapi saat ini Bunga Bangkai sudah mulai banyak yang dilestarikan di daerah
lainnya seperti di Taman Hutan Raya Ir. Djuanda,
Bandung.
2. Rafflesia Arnoldii
Rafflesia Arnoldii juga
merupakan bunga raksasa yang mengeluarkan bau busuk menyengat saat mekar. Ktapi
jangan salah, karena sama-sama mengeluarkan bau busuk, terkadang banyak orang
yang keliru menyebut bunga ini sebagai bunga bangkai.
Rafflesia Arnoldii tumbuh
melebar ke samping dan bukan meninggi seperti halnya bunga bangkai. Ketika
bunganya mekar, diameternya bisa mencapai 1 meter dengan berat mencapai 10
kilogram. Masa tumbuh hingga sampai mekarnya adalah sekitar 9 bulan. Bunga ini
hanya akan mekar selama 7 hari sebelum kemudian layu dan mati.
Bunga Rafflesia Arnoldii
hidup menumpang pada tumbuhan lain. Maka dari itu, habitatnya sangat bergantung
kepada adanya tumbuhan inang. Saat ini populasi bungai ini semakin menyusut
karena habitatnya yang semakin sempit karena adanya alih fungsi hutan menjadi
area pertanian, pemukiman, ataupun pertambangan.
3. Cendana
Cendana (Santalum
album) merupakan salah satu pohon yang memiliki banyak kegunaan
di Indonesia. Kayu cendana dapat dijadikan sebagai bahan pembuatan dupa,
parfum, aroma terapi, rempah-rempah, hingga sangkur keris (warangka). Konon, bau
harum yang dikeluarkan dari kayu cendana ini bisa bertahan hingga ratusan
tahun.
Karena berbagai manfaatnya
tersebut, tidak salah jika pohon ini sangat terkenal di Indonesia. Sayangnya pohon cendana bukanlah tumbuhan yang mudah
untuk dibudidayakan sehingga saat ini sudah berstatus sebagai tumbuhan yang
terancam punah.
Pada awal kehidupannya,
kecambah cendana merupakan tumbuhan parasit yang hidup menumpang di tumbuhan
lainnya karena ia tidak mampu hidup sendiri. Maka dari itu, pohon cendana saat
ini sudah mulai berkurang populasinya. Minyak dasar kayu cendana juga saat ini
sudah sangat mahal karena langka dan sulit untuk ditemukan.
4. Damar
Pohon Damar (Agathis
dammara (Lamb. Rich.) ini memiliki batang yang tingginya bisa mencapai
60 meter. Pohon ini tumbuh di berbagai daerah di Indonesia dengan berbagai
sebutan seperti kisi (Buru), salo (Ternate), dayungon (Samar), ki damar
(Sunda), dan lainnya.
Selain kayunya, pohon ini
juga dimanfaatkan getahnya. Getah pohon damar dapat digunakan sebagai bahan
pembuatan kopal. Kopal merupakan salah satu bahan dasar cairan pelapis kertas
dan juga lak atau vernis. Buah Damar juga banyak dimanfaatkan untuk diambil
minyaknya.
5. Kantong Semar
Kantong semar (Nepenthes)
merupakan tanaman yang sangat unik karena dapat memangsa berbagai serangga di
dekatnya seperti lalat, lebah, dan lainnya. Tumbuhan karnivora ini sudah cukup
langka sehingga harus banyak dibudidayakan agar tidak punah.
Kantong semar sendiri baru
bisa memangsa serangga ketika usianya sudah dewasa. Ia akan membuka kantungnya
untuk agar ada serangga yang masuk ke dalamnya. Jika sudah ada yang terjebak,
maka kantungnya akan langsung tertutup untuk mulai mencerna serangga tersebut.
6. Ulin
Pohon ulin (Eusideroxylon
zwageri Teijsm & Binn) atau yang sering disebut juga sebagai
bulian atau kayu besi merupakan tumbuhan khas Kalimantan. Pohon ini mampu
menghasilkan kayu yang sangat kuat dan kokoh, sehingga kayu jenis ini banyak
digunakan untuk konstruksi bangunan seperti rumah, jembatan, kapal laut, dan
sebagainya.
Pohon Ulin atau Bulian ini
bisa tumbuh hingga ketinggian 36 meter dengan diameter batang sebesar 95 cm.
Pohon ini sendiri banyak tersebar di Kalimantan dan Sumatera. Sayangnya pohon
ini cukup sulit untuk dikembangbiakan sehingga populasinya cepat menyusut,
apalagi jika habitat aslinya semakin berkurang.
7. Anggrek Tebu
Anggrek tebu (Grammatophyllum
speciosum) merupakan keluarga bunga anggrek yang paling besar dan paling
berat. Satu rumpun anggrek tebu dewasa dapat memiliki berat lebih dari 1 ton
dengan panjang mulai hingga 3 meter. Karena ukurannya yang sangat besar
tersebut, bunga ini sering disebut sebagai anggrek raksasa.
Bunga ini memiliki warna
kuning dengan kombinasi bintik-bintik berwarna coklat, merah, dan merah
kehitaman. Bunga ini sangatlah unik karena meskipun batangnya sudah dipotong,
namun bunganya tetap dapat bertahan hingga 2 bulan. Bunga anggrek tebu ini
sangat langka sehingga termasuk ke dalam tumbuhan yang dilindungi.
8. Tengkawang
Tengkawang (Shorea)
merupakan tumbuhan khas Kalimantan yang banyak dimanfaatkan minyaknya. Pohon
ini terdiri dari berbagai macam jenis di mana 12 di antaranya saat ini sudah
dilindungi pemerintah karena terancam kepunahan.
Minyak tengkawang
dihasilkan dari biji-biji yang berjatuhan. Biji tersebut kemudian dijemur dan
disalai hingga kering sebelum kemudian diolah menjadi minyak. Biji tengkawang
juga merupakan makanan bergizi bagi babi hutan dan binatang liar lainnya.
Minyak tengkawang dapat
digunakan sebagai penyedap masakan dan bahan obat-obatan tardisional. Dalam
industri modern, minyak yang memiliki julukan green butter ini juga sering
dijadikan sebagai bahan pembuatan kosmetika, lilin, sabun, dan lainnya.
9. Daun Payung
Daun payung (Johannesteijsmannia
altifrons) atau sering disebut juga sebagai daun sang dan salo merupakan
tumbuhan yang banyak hidup di daerah Sumatera. Tumbuhan yang memiliki nama
ilmiah Johannestijsmania altifrons ini, diambil dari nama penemunya yakni
Profesor Teijsman.
Tumbuhan ini memiliki daun
yang sangat besar, lebar, dan juga kuat. Pada jaman dahulu daun ini sering
digunakan sebagai atap atau dinding di rumah-rumah. Karena fungsinya tersebut,
maka tumbuhan ini kemudian disebut sebagai daun payung.
10. Edelweiss Jawa
Edelweiss Jawa atau Bunga
Senduro (Anaphalis javanic) merupakan salah satu jenis bunga yang saat
ini sudah sangat kritis keberadaannya. Bunga ini banyak hidup di daerah pegunungan
di Jawa. Bahkan, bunga ini biasanya menjadi tanaman yang pertama tumbuh setelah
terjadinya erupsi gunung berapi.
Bunga Edelweiss Jawa dapat tetap terlihat segar
meskipun sudah dipetik dari tangkainya. Hal tersebut membuat banyak pendaki
yang mengambil bunga ini sebagai kenang-kenangan. Hasilnya, populasi bunga ini
menurun drastis dan kini sudah diambang kepunahan.
Bunga ini biasanya mulai
bermekaran pada bulan April hingga Agustus. Bunga ini dapat memiliki usia
hingga 100 tahun dengan tinggi batang hingga 8 meter. Lebih dari 300 serangga
yang hinggap dan menghisap madu dari bunganya.
Saat ini kita masih bisa dapat
melihat Edelweiss Jawa di beberapa lokasi seperti Tegal Alun (Gunung
Papandayan), Alun-Alun Surya Kencana (Gunung Gede), Alun-Alun Mandalawangi
(Gunung Pangrango), dan Plawangan Sembalun (Gunung Rinjani).
0 comments:
Post a Comment